Kamis, 29 September 2011

Musyawarah?


Jujur saja untuk tema ini saya bingung mau membahas soal apa yang dapat menimbulkan suatu masalah yang dapat diselesaikan dengan argumen argumen. Saya berbincang kepada orangtua saya bahwasannya hal yang tepat untuk mewarnai tema ini adalah musyawarah.
Musyawarah adalah kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dari pemikiran individu masing masing untuk mempengaruhi sesuatu tentang masyarakat atau lingkungan dengan hasil yang mufakat (keputusan bersama).
Kebanyakan musyawarah yang dilakukan oleh kita sebagai individu pelajar adalah musyawarah yang paling kecil yaitu voting. Voting yang dilakukan oleh kita merupakan hal hal terkecil juga misalnya untuk menentukan individu sebagai ketua dari kelompok. Mungkin penentuan ketua kelompok itu adalah hal sepele jadi mereka menentukan ketua dengan alasan karena teman dekat, lebih aktif di kelompok, atau menonjol diantara yang lain.
Kemudian musyawarah rukun tetangga (RT) yang pastinya mempengaruhi keluarga yang dipimpin oleh RT tersebut. Dalam musyawarah penentuan pemimpin RT pun demikian dengan alasan seperti itu, mungkin hanya beberapa yang berpikiran bahwa pemimpin RT harus memiliki waktu luang untuk mengurus RT agar tidak terbengkalai dan pastinya tidak korupsi.
Nah tiba saatnya membahas hal yang sangat penting, musyawarah tingkat masyarakat atau mempengaruhi banyak orang. Masih adilkah musyawarah di tingkat masyarakat ini?
Voting adalah salah satu jenis musyawarah. Ketika pemilihan PILKADA, masyarakat ikut serta bermusyawarah menentukan siapa yang layak untuk memimpin di wilayahnya. Sekarang di era modern ini “tanpa uang kau pun menghilang” begitulah slogan masa sekarng, poltik itu menghalalkan segala cara demi kekuasaan. Politik uang pun marak diperbincangkan. Masih adakah musyawarah jika uang yang harus berbicara?
Menurut saya, musyawarah di masyarakat itu telah memudar dengan adanya kebudayaan dari inividu seseorang yang korupsi atau orang yang memiliki uang banyak untuk memutuskan keputusan akhir itu dengan hasil yang mereka mau.
Dapat dibayangkan nantinya Indonesia pada tahun berikutnya akan dikuasai orang orang yang memiliki uang saja sedangkan yang tidak memiliki akan terus tidak memiliki. Tetapi apakah orang yang berkuasa itu memiliki pendidikan yang selayaknya? Ataukah tingkat pendidikan mereka hanyalah sebagai formalitas dan kemudian tidak dapat berpikir cermat untuk membangun Negara Indonesia yang masih banyak memelihara warganya yang miskin?
Seharusnya musyawarah itu dilakukan dengan sebenar benarnya, jangan asal liat duit kemudian kita langsung memilih beliau. Bila kita masyarakat yang cerdas, kita harus memanfaatkan musyawarah itu dengan sebenar benarnya dan memiliki pemikiran yang maju untuk dapat memberantas sedikitnya kemiskinan di Negara kita ini.
Intinya, musyawarah itu adalah keputusan dari hasil pemikiran individu masing masing untuk mempengaruhi suatu kelompok atau masyarakat untuk menuju kesepakatan yang mufakat. Musyawarah itu bukan hal yang bisa di beli oleh uang. Barang bisa dibeli tapi pemikiran dan harga diri jangan sampai bisa dibeli juga.
Opini ini bila ada yang tersinggung mohon dimaafkan karena saya hanya berpendapat agar kita dapat mengubah hidup kita ke tempat yang lebih layak dan semestinya.

Munculnya Hitam pudarnya Putih Kebudayaan.


Indonesia, Indonesia adalah Negara dimana beragam jenis budaya tercantum di dalamnya. Setiap provinsi di wilayah Indonesia memiliki budayanya masing masing. Misalnya : batik dari jawa tengah dan sekitarnya.
Hal yang saya bahas disini bukan budaya yang seperti itu, tetapi budaya yang merupakan suatu perbuatan. Saya akan membahas budaya suku papua (perdalaman) yang masih menganut budaya tukar isteri.
Tukar isteri, mendengarnya saja saya cukup merinding karena tidak dapat saya bayangkan bagaimana keadaan warga sekitar sampai melakukan hal tersebut. Banyak argument dari salah seorang suku yang melakukan itu, bahwa budaya yang telah ia lakukan selama ini merupakan wujud cinta mereka kepada dewa atau roh agungnya. Bagi mereka hal ini merupakan budaya yang seharusnya dilestarikan sampai nanti keturunan berikutnya. Padahal efek dari mereka melakukan hal tersebut sangat fatal bisa dikatakan terjangkit HIV/AIDS.
Budaya seperti ini hampir saja mempengaruhi warga di sekitar suku tersebut, mungkin karena adanya agama dan moral jadi cara berpikir mereka pun berbeda dengan orang orang yang ada di suku itu. Saya bersyukur budaya ini hanya mereka lakukan saat waktu pemujaan pada roh roh saja yang tentunya saya tak mengerti kapan acara tersebut berlangsung. Di era modern ini, saya prihatin dengan masih adanya kepercayaan animisme dan dinamisme. Apalagi kepercayaan ini merupakan salah satu budaya mereka yang berasal dari leluhur mereka. Tindak pemerintah untuk menanggulangi ini pun tidak ada karena pemerintah setempat merasa takut dengan masih adanya kepercayaan tersebut. apabila pemerinta mengganggu kepercayaan itu nantinya mereka akan menerima akibat dari merusak kepercayaan itu.
Selanjutnya dari budaya yang bisa kita tiru dan pengaruh baik terhadap warga sekitarnya adalah suku baduy. Kalian pasti pernah mendengar suku baduy, kini suku baduy terbagi atas 2 jenis yaitu suku baduy dalam dan suku baduy luar. Disini saya akan membahas tentang baduy dalam. Baduy dalam masih sangat kental adat dan budaya yang beredar di wilayahnya. Banyak sekali budaya dan perilaku yang seharusnya kita membudayakan ini di daerah kita sendiri. Sebagian kecilnya adalah tidak bolehnya seseorang keluar malam hari atau lebih tepatnya setelah magrib tiba, karena menurut adat sekitar aka nada roh halus yang akan menghantui dirinya ketika mereka keluar saat magrib tiba. Ternyata setelah saya mendengarkan ceramah saat saya solat jumat, kebiasaan yang seperti itu memang seharusnya diperlakukan.
“suruhlah anakmu tidak keluar di saat maghrib tiba, karena di saat itulah syetan syetan berkeliaran dan mempengaruhi pribadi kita” ujar penceramah solat jumat saat itu.
Menurut saya, kebiasaan itu seharusnya menjadi budaya jaman sekarang untuk diharuskan. Kebiasaan yang baik ini pun mungkin akan berpengaruh baik buat pribadi kita sendiri. Budaya modern sudah melekat pada tubuh kita jadi untuk menjadikan hal diatas menjadi budaya kebiasaan saat ini pun telah hilang. Yang dilakukan oleh suku baduy ini sangat baik karena selain budayanya yang tak dapat di pengaruhi dari jaman terdahulu budaya yang mereka jalani ini pun telah mendarah daging jadi budaya modern yang berkembang di jaman sekarang tidak dapat mempengaruhi budaya di daerah suku baduy dalam tersebut.
Berlanjut budaya terdahulu yang telah menghilang di kalangan muda adalah budaya mencium tangan kepada kedua orangtua ketika ingin berangkat sekolah, kuliah ataupun kerja. Masihkah kita melakukan hal itu? Hampir semua menjawab tidak pastinya. Sebenarnya ada sesuatu hal yang membuat budaya itu hampir punah di kalangan sekarang adalah dengan adanya budaya gengsi. Saya baru menemukan budaya itu ketika saya beranjak remaja seperti sekarang. Remaja kini terlalu terpengaruh dengan teman teman sepergaulannya. Ketika kita sedang mencium tangan kedua orangtua pastinya setelah kedua orangtua kita beranjak pergi langsung saja celotehan celotehan tidak enak datang dari mulut teman teman. Entah mereka mengucap “anak mami” atau “anak manja” atau yang lebih parah “masih jaman cium tangan”. Sebenarnya budaya cium tangan itu penting, karena secara tidak langsung kita menghormati kedua orangtua kita dengan cara kecil seperti itu. Hal terpenting lagi dari hikmah mencium tangan kedua orangtua adalah restu atau doa kedua orang tua ketika kita mencium tangan beliau langsung sampai ke kita tanpa melewati perantara. Budaya budaya kecil ini yang seharusnya jangan hilang di tengah masyarakat dan malah kebudayaan gengsi yang mempengaruhi masyarakat di era modern ini.
Opini opini ini saya sampaikan untuk memenuhi keperluan tugas softskill saya, bila mana anda tersentuh hatinya untuk melakukan budaya hal baik yang dapat ditiru ya silahkan saja. Jangan meniru budaya suku di papua yang dapat berdampak tidak baik buat diri kita maupun orang lain di sekitarnya.